Tentang Akal Budi Dan Roh Manusia

Sesuai kodrat dan hakekatnya sebagai mahluk duniawi dan illahi, sesuai tujuan awal penciptaan manusia, manusia dibekali dengan akal budi dan roh, bukan hanya insting dan naluri untuk hidup dan bertahan hidup (hewan), sehingga manusia dapat mengenal dirinya sendiri, mengenal perbuatan baik dan tidak baik, mengenal peradaban dan mengenal Tuhan yang harus disembah. Dengan rohnya, manusia mengenal roh-roh lain dan kegaiban, dan mengenal Tuhan, suatu pribadi agung yang berkuasa bukan hanya atas dirinya dan hidupnya, tetapi juga atas kehidupan seluruh alam, walaupun dalam niatan menyembah Tuhan banyak manusia yang jatuh ke jalan penyembahan yang salah.
Dengan demikian manusia dapat mengenal jalan hidup yang berkenan di hati Tuhan, yaitu hidup sebagai mahluk duniawi yang mengenal perbuatan baik dan tidak baik, berperadaban, dan hidup sebagai mahluk yang mengenal Allah, bermoral dan berbudi pekerti. Ada banyak contoh manusia dan peradaban yang dibinasakan Tuhan karena perilaku hidup mereka tidak berkenan bagi Tuhan, manusia-manusia yang mengedepankan hidupnya sebagai mahluk duniawi dan mengesampingkan kualitas hidup yang bermoral dan berbudi pekerti, sikap hidup yang tidak mencerminkan kehidupan mahluk yang telah mengenal Allah. Jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas secara implisit telah dimengerti oleh orang-orang di dunia spiritual dan juga sudah diungkapkan secara implisit dalam ajaran agama-agama formal dan aliran-aliran kepercayaan.
Tetapi sayangnya walaupun sudah diungkapkan secara umum, dan sudah dimengerti, tetapi tidak dianggap sebagai sesuatu yang penting, karena tidak banyak manusia yang mengutamakan mengimani sisi kebatinannya, termasuk mengimani kebatinan dalam beragama. Walaupun begitu tetap saja pengetahuan ini berguna bagi orang-orang yang percaya dan mengimaninya, terutama mereka yang mengimani kebenarannya dan kebijaksanaannya mengisi kehidupan mereka, yang bukan sekedar percaya dan meng-iya-kan saja.
Banyak manusia lebih mengedepankan aspek manusia duniawi – nya dalam kehidupan sehari-harinya. Sisi ke-Aku-annya, yaitu tentang status seseorang di masyarakat dan kepemilikan duniawi, banyak dijadikan lambang simbol kesempurnaan hidup manusia. Apalah artinya seseorang berkelimpahan duniawi, atau bahkan memiliki seluruh dunia, kalau akhirnya dia pun harus kehilangan nyawanya ? Bukankah mereka yang pernah jaya dan kaya, atau menjadi penguasa dunia, akhirnya pun mati juga ? Apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya itu ?

➡️ UNTUK LEBIH JELASNYA SILAHKAN MINTA BIMBINGAN DAN KONSULTASI DENGAN MASTER EYANG COMBOR

⬇️ HUBUNGI KONTAK DI BAWAH !!!